Setiap sekolah baik di daerah pedesaan atau kota memiliki sumber belajar yang berbeda-beda. Kemungkinan ada sekolah yang memiliki sumber belajar memadai dan adapula sekolah yang minim dengan sumber belajar. Akan tetapi faktor tersebut tidak seharusnya dijadikan guru sebagai penghambat dalam melakukan inofasi. Lengkap atau tidaknya sumber belajar guru tetap harus mengelolalnya dengan cara yang inofatif. Tidak ada artinya jika sekolah yang memiliki sumber belajar yang memadai tetapi gurunya tidak melakukan pembaharuan. Semua perlengkapan atau sumber belajar yang ada hanya akan menjadi barang inventaris yang tidak bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini akan diperparah jika suatu sekolah yang minim sumber belajar dan di dalamnya terdapat guru yang tidak inofatif.
Oleh karena itu, keberadaan guru yang inofatif sangatlah dibutuhkan di tiap-tiap sekolah. Sebab bagaimanapun keadaan suatu sekolah di tingkat lokal, sekolah tersebut tetap membutuhkan suatu inofasi yang di lakukan secara mandiri oleh guru di sekolah tempat mereka bertugas. Selain itu murid juga memegang peranan penting dalam PBM yang akan mendorong peningkatan mutu pendidikan. Sampai saat ini interaksi guru murid belumlah mencapai hubungan yang harmonis dalam tercapainya peningkatan mutu dan guru dihadapkan pada masalah misalnya pandangan guru yang keliru terhadap murid, murid kurang berani dalam berpendapat kurikulum yang terlalu gemuk, sumber belajar yang belum maksimal dan sebagainya. Selain masalah terdapat juga kesenjangan yang relative mudah diselesaikan. Kendala ini contohnya kurangnya dana penunjang, kurangnya jam efektif, berlebihnya beban belajar dan peralatan kurang memadai.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan guru yang inovatif baik dalam mengajar maupun dalam kegiatan lain. Inovasi tersebut seperti dalam metode mengajar seperti perlakuan murid sebagai manusia yang berarti murid bukan objek melainkan subyek didik yang belajar, pengajaran berfikir kritis dan pengajaran belajar mandiri yang dibutuhkan oleh murid itu sendiri, juga dalam pengadaan alat pengajaran yang bisa memanfaatkan sumber seperti lingkungan(pohon, sawah, dll), lingkungan social(petugas penyuluhan peternakan), dan alat yang ada(alat disekolah dimanfaatkan semaksimal mungkin), serta dalam penilaian hasil belajar misalnya: penilaian proses, variasi berbagai alat penilaian, penilaian murid sendiri dan yang terakhir dalam remedial teaching dalam tutor sebaya dan kelompok belajar bersama.
Dalam pengembangan inovasi, dalam tingkat sekolah dilakukan berdasarkan masalah dan kendala yang dihadapi guru dan dicari alternative baru yang dapat memecahkan masalah dan kendla tersebut. Dalam pengadaan inovasi ditempuhlah langkah-langkah seperti identifikasi masalah, diagnosis, penyediaan alternative pemecahan, treatment atau pengambilan alternative yang sesuai dan pelaksanaan inovasi di lapangan, penilaian hasil inovasi yang bertujuan untuk menilai dan menemukan kesulitan serta kendala yang mungkin timbul beserta solusinya, dan yang terakhir adalah perbaikan inovasi yang jika dalam pelaksanaannya ditemukan kekurangan, kelemahan, kekurangan yang sudah semestinya diperbaiki lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar